-=[ meng HITAM ~ PUTIH kan PELANGI ]=-

-=[Selamat Datang Di blog Sederhana Ini Semoga Anda Senang Dengan Yang Kami Sajikan.!!]=-

Seuntai Salam

Kugoreskan Seuntai Salam penuh kehangatan
menghempaskan angin kedukaan
Melantun seiring nyanyian hati
Bergemuruh bersama sang waktu

Mencari onggokan kata-kata indah di Samudera
Bagai menyusuri Lautan yang paling dalam
Mencoba merangkai sederet puisi
Bagai menyusun ungkapan hati yang paling indah

Tatkala mentari berkejaran dengan rembulan
Apakah engkau akan tetap di sana?
Menunggu hingga kutuangkan bait-bait yang memenuhi otakku
Seakan ingin keluar dan menumpahkannya?

Karena kutetap menyulam kata
Cermin rasa dan keasaanku
Menampar semua keangkuhanku
Dan membiarkan baitku mengisi jagat raya

Tampilkan postingan dengan label jiwamu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label jiwamu. Tampilkan semua postingan

Akhlak terhadap ibu-bapak yang sudah meninggal



Berbuat baik terhadap kedua ibu-bapak tidak terbatas ketika mereka masih hidup saja, melainkan terus dilakukan walaupun mereka telah meninggal dunia. Adapun hal-hal yang perlu dilakukan setelah kedua ibu-bapak kalian meninggal dunia adalah:

1.Memohon maghfirah dan rahmat Allah. Ketika seseorang meninggal dunia, maka seluruh amalan-amalannya terputus kecuali (di antaranya) "anak yang shaleh yang selalu mendo'akan ibu-bapaknya." Nah, do'a anak untuk kedua ibu-bapaknya akan dikabulkan oleh Allah Swt. Jadi, permohonan pengampunan dan Rahmat Allah tidak sebatas ketika kedua ibu-bapak masih hidup. Setelah mereka meninggal dunia pun kita perlu

memohon maghfirah dengan bacaan yang sama, seperti telah disebutkan di atas, yaitu:
Rabbighfir li wa li walidayya warhamhuma kama Rabbayani shaghira.
(Ya Rabbi! Ampunilah aku dan kedua orang ibu-bapaknya, dan kasihanilah mereka berdua sebagaimana mereka mengasihaniku di waktu kecilku).

Rabbighfir li wa li walidayya wa lil mu'minina yauma yaqumul hisab.
(Ya Rabbi! Ampunilah aku, kedua ibu-bapakku, dan orang-orang yang beriman pada Hari Perhitungan (Hari Akhir)."


2.Menyambungkan silaturahmi dengan sahabat ibu-bapak kita. Tentu kalian tahu siapakah sahabat-sahabat ibu dan ayah kalian. Nah, kunjungilah mereka dan berbuat baiklah terhadap mereka, sebagaimana ibu dan ayah kalian yang telah berbuat baik terhadap mereka. Dengan berbuat demikian maka sahabat-sahabat ibu dan ayah kita tidak merasa terlalu kehilangan sahabatnya. Demikian juga kita pun tidak terlalu merasa kehilangan orangtua, karena sahabat-sahabat kedua orangtua kita masih dekat dengan kita.

3.Membayarkan utang-utang ibu-bapak kita. Mungkin saja ibu dan ayah kalian punya utang kepada sahabatnya atau kepada siapa saja. Salah satu factor penghalang masuk ke surga, walau seorang syahid (orang yang meninggal fi sabilillah), adalah utang-utang. Mati syahid itu sangat dipuji oleh Allah Ta'ala dan mendapat pahala yang sangat besar. Tetapi bila si syahid itu punya utang, maka pintu surga akan tertutup baginya hingga utang-utangnya itu lunas.

Apakah kalian tega jika kedua ibu-bapak kalian terganjal masuk surga gara-gara mereka punya utang?
Tentu, anak yang baik akan berbuat kebaikan bagi kedua ibu-bapaknya, di antaranya dengan membayarkan utang-utangnya. Demikian juga utang kedua ibu-bapak kepada Allah, kita pun harus melunasinya.
Misal, ibu-bapak kita ber-nadzar (menyatakan niatnya secara terbuka) untuk memberi bea-siswa bagi si Pulan. Tapi amalnya belum terlaksana karena keburu meninggal. Maka kewajiban anak-anaknya untuk memberi bea-siswa bagi si Pulan itu. Jika ibu-bapak kalian punya utang berpuasa, misal ketika berpuasa mereka sakit dan tidak sempat diqadha, maka setelah mereka meninggal dunia kalianlah yang melakukan qadha untuknya.

AKHLAK TERHADAP IBU-BAPAK


Akhlak terhadap ibu-bapak yang masih hidup
Kalian pernah lihat seorang ibu yang sedang hamil?
Coba tanya, bagaimana sih perasaannya.
Dia mual-mual, mules dan merasakan sakit yang luar biasa. Semakin hari rasa sakitnya itu semakin menjadi-jadi, semakin bertambah berat.

Kemudian dia melahirkan anaknya.
Kalian tahu betapa sakitnya seorang ibu yang sedang melahirkan?
Dia menangis berteriak-teriak, saking sakitnya. Dan dia pun untuk beberapa hari tidak bisa berjalan. Tapi begitu mendengar tangisan si kecil, dia langsung menyusui bayinya, seolah rasa sakitnya itu tidak dirasakan.

Kapan sang bayi mengisap ASI?
Tak kenal waktu, siang atau malam, malah sedang tidur lelap sekalipun. Tapi si ibu bangun juga dan langsung memberinya ASI.

Ketika menyusui pun si bayi sering menggigit puting si ibu. Wah, sakitnya bukan main, terlebih-lebih jika gigi si bayi sudah mulai tumbuh. Si bayi sering ngompol dan mengeluarkan kotoran tanpa mengenal waktu. Tapi si ibu dengan setia menggantikan popoknya walau di malam buta. Itu kasih sayang ibu terhadap anaknya, ya terhadap kita, ketika si anak masih kecil.

Mulai besar sedikit si anak senang nangis dan rewel yang sangat menjengkelkan. Tapi si ibu dengan tenangnya berusaha menghibur anak kecilnya. Bagi kalian yang perempuan perlu sadar bahwa kalian akan menjadi seorang ibu. Demikian juga bagi kalian yang laki-laki akan menjadi seorang ayah.

Adapun ayah bekerja keras mencari nafkah tanpa kenal lelah untuk menghidupi kita! Dialah yang memenuhi hajat-hajat kita, berupa makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, dan biaya-biaya pendidikan serta kesehatan kita.

Nabi Saw pernah berwasiat: "... ridhallah fi ridhal walidaini (Ridha Allah ada dalam keridhaan kedua ibu-bapak). Jadi, jika kita ingin memperoleh keridhaan Allah (justru keridhaan Allah inilah yang dikejar oleh para ahli ibadah), maka kita harus memperoleh keridhaan dari kedua ibu-bapak kita.

Oleh karena itu Allah Swt memberikan bimbingan kepada kita dengan jalan menyadarkan jasa-jasa orangtua yang melahirkan dan memelihara kita.

Dalam Al-Qur'an Surat Luqman ayat 14 diungkapkan, yang artinya: Dan Kami perintahkan kepada manusia (untuk berbuat baik) kepada ibu-bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. (Oleh karena itu) bersyukurlah kepada-Ku dan kepada ibu-bapakmu! Hanya kepada Aku-lah kamu kembali.

Jadi, selain bersyukur kepada Allah, kita perlu bersyukur kepada ibu-bapak kita, yakni dengan jalan berbuat baik kepada ibu-bapak. Adapun tata-cara bersyukur kepada ibu-bapak yang masih hidup adalah:

1.   Memohon maghfirah (pengampunan) dan Rahmat Allah bagi kedua ibu-bapak kita. Kita perlu beristighfar memohon pengampunan Allah dari segala dosa dan kesalahan diri kita dan kedua ibu-bapak kita. Diusahakan sekurang-kurangnya sekali dalam sehari, malah akan lebih baik lagi jika setiap sehabis shalat yang wajib kita berisghfar dan memohon rahmat Allah bagi mereka.


Bacaan istighfar dan do'anya, di antaranya sebagai berikut:

Rabbighfir li wa li walidayya warhamhuma kama Rabbayani shaghira.

(Ya Rabbi! Ampunilah aku dan kedua orang ibu-bapaknya, dan kasihanilah mereka berdua sebagaimana mereka mengasihaniku di waktu kecilku).


Rabbighfir li wa li walidayya wa lil mu'minina yauma yaqumul hisab.

(Ya Rabbi! Ampunilah aku, kedua ibu-bapakku, dan orang-orang yang beriman pada Hari Perhitungan (Hari Akhir)."



2.  Hormat kepada kedua ibu-bapak. Ibu-bapak kita adalah orang yang paling patut kita hormati. Kita berbicara dengan bahasa yang baik, tidak dengan bahasa biasa, terlebih-lebih bahasa yang kasar. Sikap dan tindakan kita pun menunjukkan penghormatan yang dalam.


  • Ketika bersalaman, misalnya dengan menunduk dan mencium tangannya
  • Ketika dipanggil segera datang menghadap serta menanyakan secara baik maksud pemanggilannya
  • Ketika meminta sesuatu, misal uang, dengan melihat-lihat situasi psikologis ibu-bapak yang sedang lapang
  • Tidak memaksakan kehendak kita, melainkan disampaikan dengan cara-cara yang baik
  • Tidak menyinggung perasaan mereka
  • Selalu meminta maaf setiap kali kita salah atau kurang menyenangkan keduanya
  • Tidak bertengkar di dekat kedua ibu-bapak
  • Tidak menunjukkan sikap ogah, misal dengan mengatakan: "Ah!" terlebih-lebih membentak keduanya.


Allah Swt memberikan rambu-rambu di dalam bergaul dengan kedua ibu-bapak, sebagaimana terungkap dalam Al-Qur'an Surat Al-Isra ayat 23-34: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka; dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan do'akanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku di waktu kecil."

Menghidupkan Sunnah Rasulullah Saw


Menghidupkan sunnah Rasulullah Saw mungkin terlalu abstrak bagi kita yang masih awam. Tapi bagi kaum terpelajar, terutama lagi para ulama, menghidupkan sunnah Rasulullah Saw itu merupakan kewajiban. Terlebih-lebih sunnah Rasul yang terekam dalam kitab-kitab hadits disinyalir banyak yang lemah dan palsu.

Studi kritis atas hadits, baik studi kritis atas metodologi ataupun atas isi/materi hadits, jelas sekali merupakan akhlaq mulia terhadap Rasulullah Saw. Nabi sendiri mewanti-wanti akan munculnya hadits-hadits palsu ini, dengan sabdanya: barangsiapa berdusta atas namaku, maka bersiap-siaplah bertempat tinggal di neraka. Hadits shahih dan populer ini jelas sekali mengisyaratkan pentingnya studi kritis atas hadits.

Berziarah kepada Nabi Saw


Beruntung bagi penduduk Madinah, karena mereka dapat berziarah ke maqam Rasulullah secara berulang-ulang. Bagi kita yang jauh biasanya berziarah ke maqam Nabi penutup itu dilakukan ketika melakukan ibadah haji atau umrah.

Walau demikian, dari jarak jauh - karena ruh suci Rasulullah Saw adalah dekat kita pun dapat berziarah kepadanya, yakni melalui bacaan wirid-wirid ziarah.

Mencintai Keluarga Nabi Saw


Amal (akhlaq) lain bagi Nabi Muhammad Saw adalah mencintai keluarganya.
Dalam Al-Qur'an Surat Asy-Syura ayat 23 disebutkan:
"Katakanlah (hai Muhammad): 'Aku tidak meminta upah kepadamu atas da'wahku selain kasih sayang dalam kekeluargaan'."

Nabi Saw meminta umatnya untuk mencintai keluarganya. Siti Fatimah, putri Nabi Saw, sangat dicinta oleh Nabi yang mulia. Nabi Saw pun meminta kaum beriman untuk mencintai putrinya itu dengan mengatakan: "Siapa yang mencintai Fatimah berarti mencintaiku, dan siapa yang mencintaiku berarti mencintai Allah; dan barangsiapa membenci Fatimah berarti membenciku, dan barangsiapa membenciku berarti membenci Allah." Demikian juga Nabi Saw sangat mencintai kedua cucunya, Hasan-Husein, dan meminta kaum beriman untuk mencintai Hasan-Husein. Sabda Nabi Saw: "Hasan dan Husein adalah dua pemuda pemimpin surga."

Ingin mendalami hal ini? Silahkan baca buku Keutamaan Keluarga Rasulullah Saw yang telah disebutkan di atas. Bacaan shalawat "Allahumma shalli 'ala Muhammad" ditambah "wa ali Muhammad" (dan bagi keluarga Nabi Muhammad) adalah salah satu wujud kecintaan kita kepada keluarga Nabi Saw.

Nabi Saw beserta keluarganya dilarang menerima zakat. Tapi Allah Swt memerintahkan orang-orang beriman untuk memberikan sepertiga khumus bagi keluarga Nabi Saw. Keluarga Nabi, hingga kini, berhak atas shadaqah selain zakat dari orang-orang beriman. Di negeri kita, keluarga Nabi Saw dikenal dengan sebutan Sayyid atau Habib. Masyarakat kita sudah terbiasa menghormati mereka, juga memberikan shadaqah pada mereka.

Haya' / malu


Bedakan antara "malu" dan "pemalu". Kita perlu memiliki sifat "malu", tapi jangan menjadi pemalu. Sifat yang terakhir (pemalu) sering berkonotasi negatif, misalnya malu melewati jalan sempit yang di kiri-kanannya banyak orang nongkrong; malu bertanya kepada guru; dan malu mengaji.

Dalam sebuah hadits disebutkan:
"alhaya-u syu'batu minal iman" (Malu itu sebagian dari iman).

Malu di sini adalah malu terhadap Allah Swt, seperti malu berbuat maksiat dan kejahatan. Ketika akan berbuat nakal, kita malu kepada Allah karena Dia selalu mengawasi kita. Ketika mau mencuri, berbuat curang, dan korupsi, kita pun malu karena Allah Maha Melihat kita.

Syukur ni'mat


Pernahkah Anda menghitung, berapa banyak sih ni'mat yang Allah berikan bagimu?
Taruhan, pasti Anda tidak mampu menghitungnya, karena saking banyaknya kenikmatan yang kita terima.

Anda tentu tahu HO2 yang dihirup setiap saat, setiap detik, setiap kali kita bernafas. Itu semua gratis, bukan?.

Ya, itu semua dari Allah Swt. Coba kalau kita harus membeli oksigen, berapa ratus juta rupiah uang yang harus kita keluarkan. Dan jarang sekali orang yang punya uang sebanyak itu. Lihat saja orang yang pergi ke luar angkasa, atau yang mau menyelam ke dasar lautan, mereka semua membawa tabung HO2. Dan ini hasil pembelian, tidak gratis. Berapa sih harga setabungnya? Cukup mahal! Nah, siapa yang menciptakan dan memberikan HO2 secara gratis itu? Allah Subhanahu wa Ta'ala. Masya Allah, pernahkah kita menyadari anugerah Allah yang sangat besar itu.

Apakah kita pernah menyampaikan rasa syukur atas ni'mat yang sangat besar itu? Bila belum, mulailah dari sekarang kita ungkapkan rasa syukur itu dengan mengucapkan: alhamdulillah atau subhanallah.

Malah kata Ibn Arabi (ulama dan filosof Islam), kita wajib mengungkapkan rasa syukur kita sebanyak dua kali setiap kita bernafas: satu kali ketika menarik nafas, dan satu kali lagi ketika mengeluarkan nafas. Ya, bagi orang-orang mu'min yang selalu berusaha mendekatkan diri kepada Allah dengan sedekat-dekatnya, mareka selalu melakukan syukur demikian. Bagi kita, paling tidak kita perlu mengucapkan: subhanallah, alhamdulillah, allahu akbar, dan la ilaha illallah, sehabis kita mengerjakan shalat wajib.

Tawakkal kepada Allah



Allah Swt memberikan pujian terhadap hamba-hamba-Nya yang suka bekerja keras. Terhadap orang yang belajar disediakannya surga (Al-Hadits). Malah Allah Swt mengangkat orang-orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat. Jadi, bekerja keras merupakan akhlak yang terpuji. 

Tapi, adakalanya kita tidak sampai kepada cita-cita yang kita inginkan. Padahal kita sudah beberapa kali mengulangnya pekerjaan itu. Misal, Anda ikut UMPTN hingga tiga kali memilih universitas dan jurusan yang Anda cita-citakan. Anda pun sudah belajar secara sungguh-sungguh. Malah Anda ikut bimbingan belajar dengan mendatangkan guru privat les atau di pusat-pusat Bimbingan Belajar yang bagus. Tapi hasilnya tetap saja Anda tidak lulus. Tentu saja Anda kecewa. Dengan mengikuti gejolak emosimu, mungkin Anda akan mengatakan "penilaian dalam UMPTN tidak objektif", "terlalu banyak peserta yang melakukan KKN", Anda tentu atau kata-kata apa saja yang menunjukkan kebobrokan sistem UMPTN menurut persepsi Anda. boleh saja kecewa, itu manusiawi. Tapi Anda perlu mengembalikan semua kegagalan Anda kepada Allah Swt dengan jalan tawakkal.

Ada pepatah yang sangat bagus: "kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda". Dan memang, dalam ajaran Islam, semua yang kita kerjakan dengan sungguh-sungguh tapi gagal, sebenarnya tidak gagal. Justru Allah Swt akan memberikan jalan lain yang lebih baik dan lebih cocok bagi jiwa kita. Banyak sekali orang yang memaksakan kehendaknya dengan cara-cara yang haram sekalipun. Benar, untuk tahap awal yang dia tuju ia berhasil.

Misal, berhasil lulus di Kedokteran melalui jasa Joki. Tapi mereka gagal di perguruan tingginya, karena sebenarnya bidang dan perguruan tinggi yang dipilihnya itu tidak cocok. Karena itulah, tawakkal adalah satu sikap yang cerdas dan dewasa, pilihan bagi umat yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir.

Dalam Al-Qur'an diungkapkan, yang artinya: "Barangsiapa bertawakkal kepada Allah, maka Dia akan memberikan kecukupan kepadanya. (QS At-Thalaq, 2)

Ikhlas dalam beramal

Manakah di antara dua orang ini yang berpikiran maju:
1. orang yang bekerja mencari keuntungan sesaat
2. orang yang bekerja mencari keuntungan abadi?
Pasti kamu memilih orang yang kedua.
Orang yang mencari keuntungan sesaat tidak akan berpikir tentang akibat yang terjadi di kemudian hari. Pokoknya hari ini beruntung. Esok hari, lusa? Gimana nanti
Orang yang sehat akan berpikir keberuntungan yang kekal-abadi.
Ajaran Islam memberikan kiat-kiatnya. Ketika bekerja, maka amalnya itu hanya didasarkan atas keikhlasan kepada Allah Swt. Ketika shalat, niatnya itu ditujukan kepada Allah semata. Ketika menolong orang pun didasarkan atas Allah Ta'ala. Makanya ketika orang yang dibantu itu tidak berterima kasih orang yang ikhlas tidak akan morang-maring. Biarlah manusia begitu asalkan Allah meridhai kita. Hanya amal yang ikhlas yang akan mendapat ganjaran dari sisi Allah Sang Pemberi Pahala.

Lawan ikhlas adalah riya, yaitu amal yang didasarkan atas pamer semata, sekedar untuk mendapatkan pujian dari manusia,tidak untuk Allah.

Dalam Al-Qur'an diungkapkan, yang artinya: "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan penuh keikhlasan kepada-Nya ...". Dalam ayat lainnya disebutkan, bahwa syetan tidak mampu menggoda manusia yang berbuat ikhlas.

TINDAKAN AKHLAQI DAN TINDAKAN ALAMI II

Dalam perspektif Ulama Persia yang non-sektarian ini tindakan akhlaqi hanyalah tindakan-tindakan yang bersifat "ikhtiyari", yakni tindakan-tindakan yang diusahakan dengan penuh kesungguhan. Adapun tindakan-tindakan yang "alami", sebagaimana sebagian tindakannya dilakukan oleh binatang, tidak termasuk ke dalam tindakan akhlaqi.

Seorang ibu yang mennyusukan bayinya bukanlah merupakan perbuatan akhlaqi, karena kambing dan sapi pun melakukannya. Demikian juga kedua orangtua - ibu dan bapak - yang mengasihi putera-puterinya bukanlah perbuatan akhlaqi karena binatang pun, malah harimau dan singa yang galak pun mengasihi anak-anaknya.

Seorang ibu dikatakan melakukan perbuatan akhlaqi manakala ia mendengar tangisan bayi orang lain, kemudian memungut dan menyusukannya. Dan para orangtua atau siapa saja orang-orang yang dewasa dipandang melakukan perbuatan akhlaqi manakala mereka mengasihi anak-anak yatim dan orang-orang miskin.

Seorang kaya-raya yang membayar zakat dan memberi makan di hari kelaparan pun bukan merupakan tindakan akhlaqi, karena perbuatan ini bagi orang yang kaya-raya adalah perbuatan yang diwajibkan. Mereka dipandang melakukan perbuatan yang akhlaqi manakala meng-infaq-kan hartanya di luar kewajiban-kewajibannya; mungkin dengan memberi kehidupan kepada para ulama, membelikan kitab-kitabnya, memberikan beasiswa kepada para pelajar, memberikan modal usaha dan pelatihan manajerial bisnis kepada keluarga yang miskin, dan lain sebagainya yang dikategorikan sebagai tindakan perberdayaan orang-orang miskin.

Ibadah-ibadah wajib, seperti shalat lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, zakat, dan hajji bagi orang yang mampu, Mengapa bukanlah perbuatan-perbuatan akhlaqi.

Jawabannya: Karena perbuatan menyembah Allah serta melakukan keta'atan kepada-Nya merupakan perbuatan-perbuatan alami, seperti halnya makan ketika lapar dan minum ketika haus. Hanya manusia brengsek, bejad moral, yang tidak mengerti akan hal ini.

Bukankah Al-Qur'an sendiri mengungkapkan, bahwa suka ataupun tidak suka semua makhlaq tunduk kepada Kekuasaan-Nya ?!

Beda halnya dengan shalat-shalat sunnah, puasa-puasan sunnah, dan hajji serta umrah ke sekian kalinya, terlebih-lebih infaq dan shadaqah di luar kewajiban, itu semua merupakan tindakan-tindakan akhlaqi yang sangat dipuji oleh Allah Swt.

Namun demikian, walau bukan tindakan akhlaqi, tindakan-tindakan atau amal-amal wajib yang kita lakukan tetap diberi pahala oleh Allah Swt. Semoga kita dapat meningkatkan tindakan akhlaqi !

TINDAKAN AKHLAQI DAN TINDAKAN ALAMI

Kata "akhlaq" sudah tidak asing lagi terdengar setiap saat. Secara umum, yang kita dengar sehari-hari di masyarakat, kata akhlaq mengacu kepada tindakan-tindakan yang bernilai, berharga, bermanfaat, bermoral, beretiket, dan segala tindakan yang dapat dikategorikan sebagai perbuatan-perbuatan yang "baik".

Apakah seorang ibu yang bangun di tengah malam karena mendengar rintihan bayinya yang masih mungil kemu-dian menetekkannya merupakan tindakan akhlaqi?
Tanpa ragu-ragu, hampir setiap orang membenarkannya.

Apakah seorang ayah yang bekerja keras seharian tanpa mengenal siang ataupun malam, panas ataupun hujan, untuk mencari sesuap nasi bagi istri dan anak-anaknya merupakan tindakan akhlaqi?
Tanpa ragu-ragu, hampir semua orang meng-ya-kannya.

Dan apakah shalat lima waktu dan ibadah-ibadah wajib lainnya yang dikerjakan oleh orang-orang muslim, di saat sehat ataupun sakit, di saat tinggal di rumah ataupun sedang dalam perjalanan, dalam keadaan segar-bugar ataupun lelah, merupakan tindakan-tindakan akhlaqi?
Terhadap pertanyaan ini pun semua orang mengamininya.

Apakah jawaban kebanyakan orang itu benar ditinjau dari sudut Ilmu Akhlaq?

Nah, nanti dulu!

Ilmu Akhlaq membedakan perbuatan-perbuatan akhlaqi dengan perbuatan-perbuatan alami.

Adalah 'Alamah Murtadha Muthahhari yang membahas persoalan ini secara panjang-lebar dalam kitabnya FALSAFAH AKHLAK.

Biarkan Malam Berganti


Biarkan malam berganti dengan diam-diam..


Biarkan rembulan merangkak pelan-pelan..


 
Biarkan rasa menukik dalam-dalam..


Ke dalam hati yang sepi sediri..


 
Agar aku bebas memimpikanmu.


Di setiap denting kerinduanku..

  

Ditanyakan kepadanya


Ditanyakan kepadanya siapakah pencuri
Jawabnya: ialah pisang yang berbuah mangga
Tak demikian Allah menata
Maka berdusta ia


Ditanyakan kepadanya siapakah penumpuk harta
Jawabnya: ialah matahari yang tak bercahaya
Tak demikian sunnatullah berkata
Maka cerdusta ia


Ditanyakan kepadanya siapakah pemalas
Jawabnya: bumi yang memperlambat waktu edarnya
Menjadi kacaulah sistem alam semesta
Maka berdusta ia


Ditanyakan kepadanya sapakah penindas
Jawabnya: ialah gunung berapi masuk kota
Dilanggarnya tradisi alam dan manusia
Maka berdusta ia


Ditanyakan kepadanya siapa pemanja kebebasan
Ialah burung terbang tinggi menuju matahari
Burung Allah tak sedia bunuh diri
Maka berdusta ia


Ditanyakn kepadanya siapa orang lalai
Ialah siang yang tak bergilir ke malam hari
Sedangkan Allah sedemikian rupa mengelola
Maka berdusta ia


Ditanyakan kepadanya siapa orang ingkar
Ialah air yang mengalir ke angkasa
Padahal telah ditetapkan hukum alam benda
Maka berdusta ia


Kemudian siapakah penguasa yang tak memimpin
Ialah benalu raksasa yang memenuhi ladang
Orang wajib menebangnya
Agar tak berdusta ia


Kemudian siapakah orang lemah perjuangan
Ialah api yang tak membakar keringnya dedaunan
Orang harus menggertak jiwanya
Agar tak berdusta ia


Kemudian siapakah pedagang penyihir
Ialah kijang kencana berlari di atas air
Orang harus meninggalkannya
Agar tak berdusta ia


Adapun siapakah budak kepentingan pribadi
Ialah babi yang meminum air kencingnya sendiri
Orang harus melemparkan batu ke tengkuknya
Agar tak berdusta ia


Dan akhirnya siapakah orang tak paham cinta
Ialah burung yang tertidur di kubangan kerbau
Nyanyikan puisi di telinganya
Agar tak berdusta ia

                                                                      Dr. Emha Ainun Najib

Begitu Engkau Bersujud


Begitu engakau bersujud, terbangunlah ruang
yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid
Setiap kali engkau bersujud, setiap kali
pula telah engkau dirikan masjid
Wahai, betapa menakjubkan, berapa ribu masjid
telah kau bengun selama hidupmu?
Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu
meninggi, menembus langit, memasukialam makrifat
Setiap gedung, rumah, bilik atau tanah, seketika
bernama masjid, begitu engkau tempati untuk bersujud
Setiap lembar rupiah yang kau sodorkan kepada
ridha Tuhan, menjelma jadi sajadah kemuliaan
Setiap butir beras yang kau tanak dan kau tuangkan
ke piring ke-ilahi-an, menjadi se-rakaat sembahyang
Dan setiap tetes air yang kau taburkan untuk
cinta kasih ke-Tuhan-an, lahir menjadi kumandang suara adzan
Kalau engkau bawa badanmu bersujud, engkaulah masjid
Kalau engkau bawa matamu memandang yang dipandang
Allah, engkaulah kiblat
Kalau engkau pandang telingamu mendengar yang
didengar Allah, engkaulah tilawah suci
Dan kalau derakkan hatimu mencintai yang dicintai
Allah, engkaulah ayatullah
Ilmu pengetahuan bersujud, pekerjaanmu bersujud,
karirmu bersujud, rumah tanggamu bersujud, sepi
dan ramaimu bersujud, duka deritamu bersujud
menjadilah engkau masjid

                                         Dr. Emha Ainun Najib

Bisakah Kiranya


bisakah kiranya kuharapkan godaan


bisakah kiranya sekilas kau membayang


bisakah kiranya kurebahkan kejemuan


bisakah kiranya bangit dari kebekuan


bisakah kiranya lenyap dari kesadaran


bisakah kiranya dalam alpa aku tenggelam


bisakah kiranya dalam pelukanmu kucipta nyanyian

                                                 Dr. Emha Ainun Nadjib

Telaga rindu


Segunung rindu mencengkram syahdu..


Menyimpan rasa sepenuh waktu..
 
Setiap kupandang matamu..


Kulihat telaga bening di matamu..


Telaga yang meneduhkan hatiku..


Menyiram air yang membangkitkan hidupku.


 
Telaga rindu.. 

Kerna Janji Semesta


Kerna janji semesta
Dan agar langitku membuka
Kepunglah aku, Perempuanku!
Jika benar kau bakal ada
Muncul dari Alam
Lahir ketika sabda dibisikkan
Lirih di batinku
Yang hanya diam
Pengembaraan alangkah pajang!
Angan wajahu betapa kelam
Dan amat menghauskan
Sungguh kepunglah -
Meski harus kutempuh sehabis ini
Perjalanan demi perjalanan akhali
Petualangan tak kembali
Kerna yakin
Hausku sesudah ini akan lain.
Jika mungkin hendaklah
Tak kausindirkan ketemteraman
Atau kemerdekaan pada permukaannya yang sombong
Sebab bagiku soalnya -
Bagaimana tepat dan lebih dalam bersyukur
Kepada tangan yang kasih
Dan berusaha karib
Dengan daerah asalku
Yang dilambangkan rahim ibu.
Kepunglah, agar panas jiwaku, Perempuanku!
Agar berdenyut makna rindu
Dan agar menemukan gairah dalam terbelenggu
Bisakah kiranya kuharapkan godaan
Samar wajah-Mu
Dalam selintas pandang
ketika menjelma Engkau
Dari gelombang mimpi jauhku!
Kepunglah! Kepunglah!
Agar memberkas cahaya
Dari gulita nyawa dan kegelapan ruangku
Kegelapan, dan kegelapan
Berbeda -
Kegelapan karena buta mata yang putus asa
Sungguh tiada kuinginkan
Sebab tak bisa kukobarkan
Semangat untuk menemukan kemungkinan
Memahami lintas bayan-bayang
Jadi kepunglah!
Hingga menetes perih
Darah dari luka di dalam
Luka yang membahagiakan
Kemudian menggelepar aku dalam alpa
Dan tak bisa lagi bertanya
Jijik pada masa silamku
Pada pertanyaan-pertanyaan dungu, Perempuanku!
Aku bakal mati
Dengan merobek mukaku
Jika tak datang engkau
: memabukkanku!
                                                                               Dr. Emha Ainun Nadjib 

Indah tuturmu


Tutur indah bahasa yang kau ucap saat berbicara..


Menyirnakan segala gundah yang terasa..
 
Salam yang kau ucap saat berjumpa..


Menyapa jiwa yang dalam terasa..
 
Satu kata darimu adalah penyemangat jiwa..


Pembangun rasa… 

Menjaga Lisan


التصفية
…karena kesempurnaan ibadah adalah kebaikan lisan....
Salah satu aspek pembahasan akhlakul karimah adalah menjaga lisan dan memperhatikan adab dalam berbicara. Para ulama telah menulis tentang pentingnya menjaga lisan sekaligus memperingatkan bahwa ni’mat Allah ini bisa berubah menjadi bala bencana bagi pemiliknya. Nah… ne ada sikit cerita yang moga” ada hikmah nya..”Penulis pernah mendapatkan cerita dari saksi mata obrolan antara seorang  ikhwan yang sudah ngaji dengan seorang awam yang sebelumnya tidak pernah saling bertemu. Orang awam tadi membuka obrolannya dengan kekagumannya akan perkembangan pembangunan fisik kota tempat mereka berdua tinggal yang begitu cepat dan maju. Namun ikhwan tadi langsung menangkis, “Ya itukan cuma lahiriahnya saja. Tapi kalau kita lihat jiwa-jiwa penduduknya, ternyata kosong dan rapuh!” Begitu mendengar balasan lawan bicaranya, muka orang awam tadi langsung berubah dan terdiam. Kita bukan sedang meragukan niat baik ikhwan tadi, namun tidakkah ada kata-kata yang lebih santun…..” selesai penjelasan dari kisah tersebut kita  diingatkan tentang pelajaran yang sering kita lupakan bahwa tujuan tidaklah menghalalkan segala cara...dan kita salafiyyun tidaklah melegitimasi perbuatan tercela dengan alasan niat baik…semoga Allah menunjukkan kita jalan yang lurus dan mengampuni dosa-dosa kita. Amin
Demikian pula kita nak coba jelaskan keterkaitan kemuliaan akhlak dengan kesantunan berbicara dan memilih kata-kata yang baik. Mari kita kutip, “Sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam
من كا ن يؤمن با الله و اليوم الآ خر فلا يؤ ذ جا ر ه و من كا ن يؤمن با الله واليوم الآ خر فليكرم ضيفه من كا ن يؤمن با الله و اليوم الآ خر فليقل خيرا أو ليصمت
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah ia mengganggu tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia memuliakan tamunya, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya dia berkata baik atau diam ( Bukhari dan Muslim)
لا إ يما ن لمن لا أ ما نة له
“Tidak ada keimanan bagi orang yang tidak amanah” ( HR Ahmad 3 dengan sanad yang hasan)
Karena memang tidaklah seseorang menjaga lisannya kecuali karena keyakinanannya akan adanya malaikat Allah yang mencatat seluruh amalannya dan akan dihisab oleh Allah pada hari kiamat kelak. Demikian juga tidaklah seseorang memuliakan tamunya kecuali karena imannya yang kuat bahwa allah akan membalas kebaikannya. Demikian pula tidaklah seseorang menjaga amanah kecuali karena imannya yang kuat dan keyakinannya bahwa Allah akan meminta pertanggungjawabannya pada hari kiamat kelak.
Sebaliknya jika ada orang yang berbicara tidak terkontrol, tidak dia pikirkan dampak buruk ucapannya, bisa jadi akan menyebabkan banyak keburukan atau menyakiti hati orang lain, ini menunjukkan bahwa imannya kurang… meskipun ia menghapal matan hadits ini…ilmunya itu hanya sekedar hiasan bibir tanpa ada penerapan(icon15me – 2004)
Penjelasan diatas adalah pelajaran berharga terutama bagi yang senantiasa memperhatikan adab ketika  berbicara. Hendaknya kita senantiasa menanamkan taqwa kepada Allah dalam setiap aktivitas termasuk dalam berbicara. Kesantunan dalam berbicara bagi seorang adalah modal yang wajib dimiliki. Semoga Allah menganugerahkan kita kekuatan untuk mengendalikan lisan kita. Kita tidak menginginkan menjadi syaithon yang bisu ketika ada kekufuran…kesyirikan atau bahkan ada ketidak teraturan di lembaga dakwah kita..kita dituntut untuk berbicara…namun perhatikanlah adab dalam berbicara…tegas terhadap keburukan dan ketidakteraturan namun santun dan memperhatikan adab ketika berbicara… tentu saja hal ini memerlukan ijtihad kita dalam meraih kemuliaan akhlak..
MENJAGA LISAN AGAR SELALU BERBICARA BAIK
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah perkataan yang benar, Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia Telah mendapat kemenangan yang besar.” [Qs. al Ahzab : 70-71]
Dan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” [Qs. al Hujurat : 12]
Juga firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat Pengawas yang selalu hadir.” [Qs. Qaaf : 16-18]
Dan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala lagi:
“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, Maka Sesungguhnya mereka Telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” [Qs. al Ahzab : 58]
Dalam Shahih Muslim, hadits dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَتَدْرُوْنَ مَا الغِيْبَةُ ؟ قَالُوْا : الله وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ ، قَالَ: ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَايَكْرَهُ ، قِيْلَ: أَفَرَ أَيْتَ إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقٌوْلُ فَقَدْ اغْتَبْتَهُ ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيْهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ
“Apakah kalian tahu apa itu ghibah (menggunjing)?” Para sahabat menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Engkau menyebut perihal saudaramu sesuatu yang tidak disukainya.” Lalu beliau ditanya: “Bagaimana jika apa yang aku ceritakan tersebut terbukti ada padanya?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Jika terbukti apa yang engkau sebutkan ada padanya, maka sesungguhnya engkau telah mengghibahinya (menggunjingnya), dan jikalau tidak terdapat padanya maka sesungguhnya engkau telah berbuat kebohongan terhadapnya (memfitnahnya).”
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman:
وَلاَتَقْفُ مَالَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ، إِنَّ السَّمْعَ وَالبَصَرَ وَالفُؤَادَ كُلُّ أُوْلََئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُوْلاً
“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak memiliki ilmu tentangnya, sesungguhnya pendengaran dan penglihatan serta hati, masing-masing itu akan diminta pertanggung jawabannya.” [Qs. al Israa’ : 36]
Dan diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:
إِنَّ الله يَرْضَ لَكُمْ ثَلاَثاً وَيَكْرَهُ لَكُمْ ثَلاَثًا، يَرْضَ لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوْهُ وَلاَتُشْرِكُوْا بِهِ شَيْئًا، وَأَنْ تَعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَلاَ تَتَفَرَّقُوْا، وَيَكْرَهُ لَكُمْ قِيْلَ وَقَالَ، وَكَثْرَةَ السُّؤْالِ، وَإِضَاعَةَ الْمَالِ
“Sesungguhnya Allah meridhai bagi kalian tiga perkara dan membenci untuk kalian tiga perkara, ia meridhai bagi kalian bahwa kalian menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dan bahwa kalian berpegang teguh dengan tali (agama) Allah, dan jangan kalian berpecah-belah, dan ia membenci untuk kalian suka membicarakan orang lain, dan banyak bertanya, dan menyia-nyiakan harta.” [HR. Muslim, ]
Dan diriwayatkan juga tentang tiga perkara yang dibenci tersebut dalam shahih al Bukhari, hadits dan Imam Muslim.
Diriwayatkan Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيْبُهُ مِنَ الزِّنَا، مُدْرِكُ ذَلِكَ لاَمَحَالَةَ، فَالْعَيْنَانِ زِيْنَاهُمَا النَّظَرُ، وَالْأُذُنَانِ زِيْنَاهُمَا الاسْتِمَاعُ، وَاللِّسَانُ زِيْنَاهُ الْكَلاَمُ، وَاليَدُّ زِيْنَاهَا الْبَطْشُ، وَالرِّجْلُ زِيْنَاهَا الخُطَا، وَالقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى، وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ
“Telah ditentukan atas setiap anak Adam bagiannya dari zina, ia akan mendapati hal yang demikian tanpa bisa dielakkannya. Mata zinanya adalah melihat, telinga zinannya adalah mendengar, lidah zinannya adalah berucap, tangan zinanya adalah meraba, kaki zinanya adalah melangkah, dan hati yang berkehendak dan yang menginginkan. Dan yang membenarkan atau yang mendustakannya adalah kemaluan.” [HR. al Bukhari, hadits dan Muslim, hadits dan ini adalah lafazh Muslim]
Imam al Bukhari telah meriwayatkan dalam shahihnya, hadits dari ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiallahu ‘anhudari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اَلْمُسْلِمُ مِنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
“Orang muslim adalah orang yang selamat Muslim lainnya dari gangguan lisan dan tangannya.”
Dalam riwayat Imam Muslim hadits dengan lafazh:
إِنَّ رَجُلاً سَأَلَ رَسُوْلَ الله  s : أَيُّ الْمُسْلِمِيْنَ خَيْرٌ؟ قَالَ : مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
“Ada seorang lelaki yang bertanya kepada Rasulullahu Shallallahu ‘alaihi wa sallam : ‘Siapa orang muslim yang terbaik? ‘Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Orang yang selamat muslim lainnya dari gangguan lisan dan tangannya.”
Imam Muslim meriwayatkan pula dari Jabir , hadits dengan lafazh yang sama dengan hadits ‘Abdullah bin ‘Umar yang disebutkan oleh Imam al Bukhari.
Dari semua ini, dapatlah kita simpulkan bahwa lisan lebih bersifat umum bila dibandingkan dengan tangan, karena lisan bisa membicarakan kejadian yang sudah berlaku, sekarang, dan yang akan datang, berbeda dengan tangan, boleh jadi ia bisa ikut serta membantu lisan dalam hal yang demikian dengan tulisan, sehingga ia mempunyai andil yang cukup besar dalam hal tersebut.”
Senada dengan makna ini perkataan seorang penya’ir;
Aku tulis, sesungguhnya aku yakin pada hari penulisanku.
Bahwa tangan akan sirna sementara goresannya akan kekal.
Jika tulisan itu baik, maka akan dibalas dengan semisalnya.
Dan jika tulisan itu jelek, aku akan menanggung akibatnya.
Imam al Bukhari meriwayatkan dalam shahihnya hadits dari sahl bin Sa’ad dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda:
مَنْ يَضْمَنُ لِيْ مَابَيْنَ لِحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنُ لَهُ الْجَنَّةَ
“Barangsiapa yang mampu menjamin bagiku apa yang ada diantara dua jenggot dan dua kakinya, aku jamin untuknya surga.”
Yang dimaksud dengan “apa yang ada diantara dua jenggot dan dua kaki” adalah lidah dan kemaluan.
Imam al Bukhari meriwayatkan lagi dalam shahihnya hadits  dan Imam Muslim ,hadits dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْ مِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا اَوْلِيَصْمُتْ
‘Barangsiapa yang beriman dengan Allah dan hari akhirat hendaklah ia mengucapkan perkataan yang baik atau hendaklah ia diam.”
Imam an-Nawawi mensyarah hadits di atas sebagai berikut: Imam Asy-Syafi’i berkata: Makna hadits tersebut adalah apabila ia ingin berbicara maka hendaklah ia pikir terlebih dulu. Apabila ia melihat tidak akan membawa mudharat baru ia bicara. Dan apabila ia melihat bisa membawa mudharat atau ia ragu-ragu apakah membawa mudharat atau tidak, maka lebih baik ia diam.”
Bersambung Insya Allah
(icon15me - cold-streaks/2011)

Reading Al-Qur'an