Senyum manismu nan berarti.. Bertahta dalam angan nan abadi.. Bernilai luas dalam hati.. Senyum yang pasti.. Bak embun yang sejukkan pagi.. Bak mentari yang hangatkan isi hati.. Senyummu adalah senyum murni.. |
Senyum murni
Biar
Biarkan hujan mendinginkan harimu..
Biarkan angin membelai dirimu..
Biarkan kata membelai jiwamu..
Biarkan syair menyambut hadirmu..
Biarkan semua berjalan apa adanya..
Biarkan waktu yang membuka jalannya..
Label:
angin,
belaian,
Bulan di Air,
dapatkan mimpimu,
Dari Hati,
hati,
hatiku,
jernih,
keindahan,
Langit,
Langkah,
Malam,
manja,
mimpi,
pagi,
Rahasia,
Sendu
Telaga Rindu
Segunung rindu mencengkram syahdu.. Menyimpan rasa sepenuh waktu.. Setiap kupandang matamu.. Kulihat telaga bening di matamu.. Telaga yang meneduhkan hatiku.. Menyiram air yang membangkitkan hidupku. Telaga rindu.. |
Indah tuturmu
Tutur indah bahasa yang kau ucap saat berbicara.. Menyirnakan segala gundah yang terasa.. Salam yang kau ucap saat berjumpa.. Menyapa jiwa yang dalam terasa.. Satu kata darimu adalah penyemangat jiwa.. Pembangun rasa… |
Label:
belaian,
Bulan di Air,
Bunda,
dapatkan mimpimu,
Dari Hati,
Diamku,
hadirmu,
jiwamu,
keindahan,
Rahasia,
Rinduku,
Sendu,
Setitik,
setulusnya,
suara
Terkenang
Berhamburan namamu kukenang.. Meluruhkan rasa yang terus datang.. Beterbangan pesona memenuhi alam pikiranku.. Mengingat hari-hari indah bersamamu.. Menutupi mataku mengukir nostalgia saat bersamamu.. |
Menjaga Lisan
التصفية
…karena kesempurnaan ibadah adalah kebaikan lisan....
Salah satu aspek
pembahasan akhlakul karimah adalah menjaga lisan dan
memperhatikan adab dalam berbicara. Para ulama telah menulis tentang pentingnya menjaga lisan
sekaligus memperingatkan bahwa ni’mat Allah ini bisa berubah menjadi bala
bencana bagi pemiliknya. Nah… ne ada sikit cerita yang moga” ada hikmah nya..”Penulis
pernah mendapatkan cerita dari saksi mata obrolan antara seorang ikhwan
yang sudah ngaji dengan seorang awam yang sebelumnya tidak pernah saling
bertemu. Orang awam tadi membuka obrolannya dengan kekagumannya akan perkembangan
pembangunan fisik kota tempat mereka berdua tinggal yang begitu cepat dan maju.
Namun ikhwan tadi langsung menangkis, “Ya itukan cuma lahiriahnya saja. Tapi
kalau kita lihat jiwa-jiwa penduduknya, ternyata kosong dan rapuh!” Begitu
mendengar balasan lawan bicaranya, muka orang awam tadi langsung berubah dan
terdiam. Kita bukan sedang meragukan niat baik ikhwan tadi,
namun tidakkah ada kata-kata yang lebih santun…..” selesai penjelasan dari kisah tersebut
kita diingatkan tentang pelajaran yang sering kita lupakan bahwa tujuan
tidaklah menghalalkan segala cara...dan kita salafiyyun tidaklah melegitimasi perbuatan tercela
dengan alasan niat baik…semoga
Allah menunjukkan kita jalan yang lurus dan mengampuni dosa-dosa kita. Amin
Demikian pula kita nak coba jelaskan
keterkaitan kemuliaan akhlak dengan kesantunan berbicara dan memilih kata-kata
yang baik. Mari kita kutip, “Sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam
من كا ن يؤمن با الله و اليوم الآ خر فلا يؤ ذ
جا ر ه و من كا ن يؤمن با الله واليوم الآ خر فليكرم ضيفه من كا ن يؤمن با الله و
اليوم الآ خر فليقل خيرا أو ليصمت
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan
hari akhir maka janganlah ia mengganggu tetangganya dan barangsiapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia memuliakan tamunya, dan
barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya dia berkata baik atau
diam ( Bukhari dan Muslim)
لا إ يما ن لمن لا أ ما نة له
“Tidak ada keimanan bagi orang yang tidak
amanah” ( HR Ahmad 3 dengan sanad yang hasan)
Karena memang tidaklah seseorang menjaga
lisannya kecuali karena keyakinanannya akan adanya malaikat Allah yang mencatat
seluruh amalannya dan akan dihisab oleh Allah pada hari kiamat kelak. Demikian
juga tidaklah seseorang memuliakan tamunya kecuali karena imannya yang kuat
bahwa allah akan membalas kebaikannya. Demikian pula tidaklah seseorang menjaga
amanah kecuali karena imannya yang kuat dan keyakinannya bahwa Allah akan
meminta pertanggungjawabannya pada hari kiamat kelak.
Sebaliknya jika ada
orang yang berbicara tidak terkontrol, tidak dia pikirkan dampak buruk
ucapannya, bisa jadi akan menyebabkan banyak keburukan atau menyakiti hati
orang lain, ini menunjukkan bahwa imannya kurang… meskipun ia menghapal matan
hadits ini…ilmunya itu hanya sekedar hiasan bibir tanpa ada penerapan… (icon15me
– 2004)
Penjelasan diatas adalah pelajaran berharga
terutama bagi yang senantiasa memperhatikan adab ketika berbicara. Hendaknya kita senantiasa menanamkan taqwa
kepada Allah dalam setiap aktivitas termasuk dalam berbicara. Kesantunan dalam
berbicara bagi seorang adalah modal yang wajib dimiliki. Semoga Allah
menganugerahkan kita kekuatan untuk mengendalikan lisan kita. Kita tidak
menginginkan menjadi syaithon yang bisu ketika ada kekufuran…kesyirikan atau
bahkan ada ketidak teraturan di lembaga dakwah kita..kita dituntut untuk
berbicara…namun perhatikanlah adab dalam berbicara…tegas terhadap
keburukan dan ketidakteraturan namun santun dan memperhatikan adab ketika
berbicara… tentu saja hal ini
memerlukan ijtihad kita dalam meraih kemuliaan akhlak..
MENJAGA LISAN AGAR
SELALU BERBICARA BAIK
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kamu kepada Allah dan Katakanlah perkataan yang benar, Niscaya Allah
memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. dan
barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia Telah mendapat
kemenangan yang besar.” [Qs. al Ahzab : 70-71]
Dan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah
kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), Karena sebagian dari purba-sangka itu
dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan
satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang.” [Qs. al Hujurat : 12]
Juga firman Allah Subhanahu wa
Ta’ala:
“Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan
manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan kami lebih dekat
kepadanya daripada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat
amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di
sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya
malaikat Pengawas yang selalu hadir.” [Qs. Qaaf : 16-18]
Dan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala lagi:
“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang
yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, Maka Sesungguhnya
mereka Telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” [Qs. al Ahzab : 58]
Dalam Shahih Muslim, hadits dari Abu Hurairah Radhiallahu
‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
أَتَدْرُوْنَ مَا الغِيْبَةُ ؟ قَالُوْا : الله
وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ ، قَالَ: ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَايَكْرَهُ ، قِيْلَ: أَفَرَ
أَيْتَ إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقٌوْلُ فَقَدْ اغْتَبْتَهُ ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ
فِيْهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ
“Apakah kalian tahu apa itu ghibah
(menggunjing)?” Para sahabat menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Engkau menyebut perihal saudaramu
sesuatu yang tidak disukainya.” Lalu beliau ditanya: “Bagaimana jika apa yang
aku ceritakan tersebut terbukti ada padanya?” Beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab:
“Jika terbukti apa yang engkau sebutkan ada padanya, maka sesungguhnya engkau
telah mengghibahinya (menggunjingnya), dan jikalau tidak terdapat padanya maka
sesungguhnya engkau telah berbuat kebohongan terhadapnya (memfitnahnya).”
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman:
وَلاَتَقْفُ مَالَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ، إِنَّ
السَّمْعَ وَالبَصَرَ وَالفُؤَادَ كُلُّ أُوْلََئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُوْلاً
“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang
kamu tidak memiliki ilmu tentangnya, sesungguhnya pendengaran dan penglihatan
serta hati, masing-masing itu akan diminta pertanggung jawabannya.” [Qs. al
Israa’ : 36]
Dan diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallahu
‘anhu, ia berkata:
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:
إِنَّ الله يَرْضَ لَكُمْ ثَلاَثاً وَيَكْرَهُ
لَكُمْ ثَلاَثًا، يَرْضَ لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوْهُ وَلاَتُشْرِكُوْا بِهِ شَيْئًا،
وَأَنْ تَعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَلاَ تَتَفَرَّقُوْا، وَيَكْرَهُ
لَكُمْ قِيْلَ وَقَالَ، وَكَثْرَةَ السُّؤْالِ، وَإِضَاعَةَ الْمَالِ
“Sesungguhnya Allah meridhai bagi kalian tiga
perkara dan membenci untuk kalian tiga perkara, ia meridhai bagi kalian bahwa
kalian menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dan
bahwa kalian berpegang teguh dengan tali (agama) Allah, dan jangan kalian
berpecah-belah, dan ia membenci untuk kalian suka membicarakan orang lain, dan
banyak bertanya, dan menyia-nyiakan harta.” [HR. Muslim, ]
Dan diriwayatkan juga tentang tiga perkara
yang dibenci tersebut dalam shahih al Bukhari, hadits dan Imam
Muslim.
Diriwayatkan Abu Hurairah Radhiallahu
‘anhu dari Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam:
كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيْبُهُ مِنَ
الزِّنَا، مُدْرِكُ ذَلِكَ لاَمَحَالَةَ، فَالْعَيْنَانِ زِيْنَاهُمَا النَّظَرُ،
وَالْأُذُنَانِ زِيْنَاهُمَا الاسْتِمَاعُ، وَاللِّسَانُ زِيْنَاهُ الْكَلاَمُ،
وَاليَدُّ زِيْنَاهَا الْبَطْشُ، وَالرِّجْلُ زِيْنَاهَا الخُطَا، وَالقَلْبُ
يَهْوَى وَيَتَمَنَّى، وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ
“Telah ditentukan atas setiap anak Adam bagiannya
dari zina, ia akan mendapati hal yang demikian tanpa bisa dielakkannya. Mata
zinanya adalah melihat, telinga zinannya adalah mendengar, lidah zinannya
adalah berucap, tangan zinanya adalah meraba, kaki zinanya adalah melangkah,
dan hati yang berkehendak dan yang menginginkan. Dan yang membenarkan atau yang
mendustakannya adalah kemaluan.” [HR. al Bukhari, hadits dan Muslim,
hadits dan ini adalah lafazh Muslim]
Imam al Bukhari telah meriwayatkan dalam shahihnya, hadits dari ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiallahu ‘anhudari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اَلْمُسْلِمُ مِنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ
لِسَانِهِ وَيَدِهِ
“Orang muslim adalah orang yang selamat Muslim
lainnya dari gangguan lisan dan tangannya.”
Dalam riwayat Imam Muslim hadits dengan
lafazh:
إِنَّ رَجُلاً سَأَلَ رَسُوْلَ الله s :
أَيُّ الْمُسْلِمِيْنَ خَيْرٌ؟ قَالَ : مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ
وَيَدِهِ
“Ada seorang lelaki yang bertanya kepada
Rasulullahu Shallallahu ‘alaihi wa sallam : ‘Siapa orang muslim yang terbaik? ‘Beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab:
‘Orang yang selamat muslim lainnya dari gangguan lisan dan tangannya.”
Imam Muslim meriwayatkan pula dari Jabir ,
hadits dengan lafazh yang sama dengan hadits ‘Abdullah bin ‘Umar yang
disebutkan oleh Imam al Bukhari.
Dari semua ini, dapatlah kita simpulkan bahwa lisan lebih bersifat umum bila dibandingkan dengan tangan, karena
lisan bisa membicarakan kejadian yang sudah berlaku, sekarang, dan yang akan
datang, berbeda dengan tangan, boleh jadi ia bisa ikut serta membantu lisan
dalam hal yang demikian dengan tulisan, sehingga ia mempunyai andil yang cukup
besar dalam hal tersebut.”
Senada dengan makna ini perkataan seorang
penya’ir;
Aku tulis, sesungguhnya aku yakin pada hari
penulisanku.
Bahwa tangan akan sirna sementara goresannya
akan kekal.
Jika tulisan itu baik, maka akan dibalas
dengan semisalnya.
Dan jika tulisan itu jelek, aku akan
menanggung akibatnya.
Imam al Bukhari meriwayatkan dalam shahihnya
hadits dari sahl bin Sa’ad dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda:
مَنْ يَضْمَنُ لِيْ مَابَيْنَ لِحْيَيْهِ وَمَا
بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنُ لَهُ الْجَنَّةَ
“Barangsiapa yang mampu menjamin bagiku apa
yang ada diantara dua jenggot dan dua kakinya, aku jamin untuknya surga.”
Yang dimaksud dengan “apa yang ada diantara
dua jenggot dan dua kaki” adalah lidah dan kemaluan.
Imam al Bukhari meriwayatkan lagi dalam
shahihnya hadits dan Imam Muslim ,hadits
dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْ مِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ
الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا اَوْلِيَصْمُتْ
‘Barangsiapa yang beriman dengan Allah dan
hari akhirat hendaklah ia mengucapkan perkataan yang baik atau hendaklah ia
diam.”
Imam an-Nawawi mensyarah hadits di atas
sebagai berikut: Imam Asy-Syafi’i berkata: “Makna hadits tersebut adalah apabila ia ingin
berbicara maka hendaklah ia pikir terlebih dulu. Apabila ia melihat tidak akan
membawa mudharat baru ia bicara. Dan apabila ia melihat bisa membawa mudharat
atau ia ragu-ragu apakah membawa mudharat atau tidak, maka lebih baik ia diam.”
Bersambung Insya Allah
(icon15me
- cold-streaks/2011)
Label:
angin,
belaian,
Bunda,
dapatkan mimpimu,
Dari Hati,
hadirmu,
hati,
jernih,
jiwamu,
keindahan,
Langkah,
manja,
mimpi,
pagi,
perjuangan,
Rahasia,
sejujurnya,
setulusnya
Langganan:
Postingan (Atom)