-=[ meng HITAM ~ PUTIH kan PELANGI ]=-

-=[Selamat Datang Di blog Sederhana Ini Semoga Anda Senang Dengan Yang Kami Sajikan.!!]=-

Seuntai Salam

Kugoreskan Seuntai Salam penuh kehangatan
menghempaskan angin kedukaan
Melantun seiring nyanyian hati
Bergemuruh bersama sang waktu

Mencari onggokan kata-kata indah di Samudera
Bagai menyusuri Lautan yang paling dalam
Mencoba merangkai sederet puisi
Bagai menyusun ungkapan hati yang paling indah

Tatkala mentari berkejaran dengan rembulan
Apakah engkau akan tetap di sana?
Menunggu hingga kutuangkan bait-bait yang memenuhi otakku
Seakan ingin keluar dan menumpahkannya?

Karena kutetap menyulam kata
Cermin rasa dan keasaanku
Menampar semua keangkuhanku
Dan membiarkan baitku mengisi jagat raya

Tampilkan postingan dengan label Bunda. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bunda. Tampilkan semua postingan

Menghidupkan Sunnah Rasulullah Saw


Menghidupkan sunnah Rasulullah Saw mungkin terlalu abstrak bagi kita yang masih awam. Tapi bagi kaum terpelajar, terutama lagi para ulama, menghidupkan sunnah Rasulullah Saw itu merupakan kewajiban. Terlebih-lebih sunnah Rasul yang terekam dalam kitab-kitab hadits disinyalir banyak yang lemah dan palsu.

Studi kritis atas hadits, baik studi kritis atas metodologi ataupun atas isi/materi hadits, jelas sekali merupakan akhlaq mulia terhadap Rasulullah Saw. Nabi sendiri mewanti-wanti akan munculnya hadits-hadits palsu ini, dengan sabdanya: barangsiapa berdusta atas namaku, maka bersiap-siaplah bertempat tinggal di neraka. Hadits shahih dan populer ini jelas sekali mengisyaratkan pentingnya studi kritis atas hadits.

Syukur ni'mat


Pernahkah Anda menghitung, berapa banyak sih ni'mat yang Allah berikan bagimu?
Taruhan, pasti Anda tidak mampu menghitungnya, karena saking banyaknya kenikmatan yang kita terima.

Anda tentu tahu HO2 yang dihirup setiap saat, setiap detik, setiap kali kita bernafas. Itu semua gratis, bukan?.

Ya, itu semua dari Allah Swt. Coba kalau kita harus membeli oksigen, berapa ratus juta rupiah uang yang harus kita keluarkan. Dan jarang sekali orang yang punya uang sebanyak itu. Lihat saja orang yang pergi ke luar angkasa, atau yang mau menyelam ke dasar lautan, mereka semua membawa tabung HO2. Dan ini hasil pembelian, tidak gratis. Berapa sih harga setabungnya? Cukup mahal! Nah, siapa yang menciptakan dan memberikan HO2 secara gratis itu? Allah Subhanahu wa Ta'ala. Masya Allah, pernahkah kita menyadari anugerah Allah yang sangat besar itu.

Apakah kita pernah menyampaikan rasa syukur atas ni'mat yang sangat besar itu? Bila belum, mulailah dari sekarang kita ungkapkan rasa syukur itu dengan mengucapkan: alhamdulillah atau subhanallah.

Malah kata Ibn Arabi (ulama dan filosof Islam), kita wajib mengungkapkan rasa syukur kita sebanyak dua kali setiap kita bernafas: satu kali ketika menarik nafas, dan satu kali lagi ketika mengeluarkan nafas. Ya, bagi orang-orang mu'min yang selalu berusaha mendekatkan diri kepada Allah dengan sedekat-dekatnya, mareka selalu melakukan syukur demikian. Bagi kita, paling tidak kita perlu mengucapkan: subhanallah, alhamdulillah, allahu akbar, dan la ilaha illallah, sehabis kita mengerjakan shalat wajib.

TINDAKAN AKHLAQI DAN TINDAKAN ALAMI

Kata "akhlaq" sudah tidak asing lagi terdengar setiap saat. Secara umum, yang kita dengar sehari-hari di masyarakat, kata akhlaq mengacu kepada tindakan-tindakan yang bernilai, berharga, bermanfaat, bermoral, beretiket, dan segala tindakan yang dapat dikategorikan sebagai perbuatan-perbuatan yang "baik".

Apakah seorang ibu yang bangun di tengah malam karena mendengar rintihan bayinya yang masih mungil kemu-dian menetekkannya merupakan tindakan akhlaqi?
Tanpa ragu-ragu, hampir setiap orang membenarkannya.

Apakah seorang ayah yang bekerja keras seharian tanpa mengenal siang ataupun malam, panas ataupun hujan, untuk mencari sesuap nasi bagi istri dan anak-anaknya merupakan tindakan akhlaqi?
Tanpa ragu-ragu, hampir semua orang meng-ya-kannya.

Dan apakah shalat lima waktu dan ibadah-ibadah wajib lainnya yang dikerjakan oleh orang-orang muslim, di saat sehat ataupun sakit, di saat tinggal di rumah ataupun sedang dalam perjalanan, dalam keadaan segar-bugar ataupun lelah, merupakan tindakan-tindakan akhlaqi?
Terhadap pertanyaan ini pun semua orang mengamininya.

Apakah jawaban kebanyakan orang itu benar ditinjau dari sudut Ilmu Akhlaq?

Nah, nanti dulu!

Ilmu Akhlaq membedakan perbuatan-perbuatan akhlaqi dengan perbuatan-perbuatan alami.

Adalah 'Alamah Murtadha Muthahhari yang membahas persoalan ini secara panjang-lebar dalam kitabnya FALSAFAH AKHLAK.

Misteri Hati


Terlupa sejenak anganku namun engkau hadir kembali..


Cukup sudah aku menyadari..


Bahwa kau adalah rasa..


Rasa yang takkan sirna..


Bahwa kau adalah hati..


Hati yang takkan pergi..


Aku mengerti..


Aku memahami..


Bahwa hati penuh misteri..


Begitu juga hatimu..

Kerna Janji Semesta


Kerna janji semesta
Dan agar langitku membuka
Kepunglah aku, Perempuanku!
Jika benar kau bakal ada
Muncul dari Alam
Lahir ketika sabda dibisikkan
Lirih di batinku
Yang hanya diam
Pengembaraan alangkah pajang!
Angan wajahu betapa kelam
Dan amat menghauskan
Sungguh kepunglah -
Meski harus kutempuh sehabis ini
Perjalanan demi perjalanan akhali
Petualangan tak kembali
Kerna yakin
Hausku sesudah ini akan lain.
Jika mungkin hendaklah
Tak kausindirkan ketemteraman
Atau kemerdekaan pada permukaannya yang sombong
Sebab bagiku soalnya -
Bagaimana tepat dan lebih dalam bersyukur
Kepada tangan yang kasih
Dan berusaha karib
Dengan daerah asalku
Yang dilambangkan rahim ibu.
Kepunglah, agar panas jiwaku, Perempuanku!
Agar berdenyut makna rindu
Dan agar menemukan gairah dalam terbelenggu
Bisakah kiranya kuharapkan godaan
Samar wajah-Mu
Dalam selintas pandang
ketika menjelma Engkau
Dari gelombang mimpi jauhku!
Kepunglah! Kepunglah!
Agar memberkas cahaya
Dari gulita nyawa dan kegelapan ruangku
Kegelapan, dan kegelapan
Berbeda -
Kegelapan karena buta mata yang putus asa
Sungguh tiada kuinginkan
Sebab tak bisa kukobarkan
Semangat untuk menemukan kemungkinan
Memahami lintas bayan-bayang
Jadi kepunglah!
Hingga menetes perih
Darah dari luka di dalam
Luka yang membahagiakan
Kemudian menggelepar aku dalam alpa
Dan tak bisa lagi bertanya
Jijik pada masa silamku
Pada pertanyaan-pertanyaan dungu, Perempuanku!
Aku bakal mati
Dengan merobek mukaku
Jika tak datang engkau
: memabukkanku!
                                                                               Dr. Emha Ainun Nadjib 

Senyum murni


Senyum manismu nan berarti..


Bertahta dalam angan nan abadi..


Bernilai luas dalam hati..
 
Senyum yang pasti..


Bak embun yang sejukkan pagi..


Bak mentari yang hangatkan isi hati..
 
Senyummu adalah senyum murni..

 

Indah tuturmu


Tutur indah bahasa yang kau ucap saat berbicara..


Menyirnakan segala gundah yang terasa..
 
Salam yang kau ucap saat berjumpa..


Menyapa jiwa yang dalam terasa..
 
Satu kata darimu adalah penyemangat jiwa..


Pembangun rasa… 

Menjaga Lisan


التصفية
…karena kesempurnaan ibadah adalah kebaikan lisan....
Salah satu aspek pembahasan akhlakul karimah adalah menjaga lisan dan memperhatikan adab dalam berbicara. Para ulama telah menulis tentang pentingnya menjaga lisan sekaligus memperingatkan bahwa ni’mat Allah ini bisa berubah menjadi bala bencana bagi pemiliknya. Nah… ne ada sikit cerita yang moga” ada hikmah nya..”Penulis pernah mendapatkan cerita dari saksi mata obrolan antara seorang  ikhwan yang sudah ngaji dengan seorang awam yang sebelumnya tidak pernah saling bertemu. Orang awam tadi membuka obrolannya dengan kekagumannya akan perkembangan pembangunan fisik kota tempat mereka berdua tinggal yang begitu cepat dan maju. Namun ikhwan tadi langsung menangkis, “Ya itukan cuma lahiriahnya saja. Tapi kalau kita lihat jiwa-jiwa penduduknya, ternyata kosong dan rapuh!” Begitu mendengar balasan lawan bicaranya, muka orang awam tadi langsung berubah dan terdiam. Kita bukan sedang meragukan niat baik ikhwan tadi, namun tidakkah ada kata-kata yang lebih santun…..” selesai penjelasan dari kisah tersebut kita  diingatkan tentang pelajaran yang sering kita lupakan bahwa tujuan tidaklah menghalalkan segala cara...dan kita salafiyyun tidaklah melegitimasi perbuatan tercela dengan alasan niat baik…semoga Allah menunjukkan kita jalan yang lurus dan mengampuni dosa-dosa kita. Amin
Demikian pula kita nak coba jelaskan keterkaitan kemuliaan akhlak dengan kesantunan berbicara dan memilih kata-kata yang baik. Mari kita kutip, “Sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam
من كا ن يؤمن با الله و اليوم الآ خر فلا يؤ ذ جا ر ه و من كا ن يؤمن با الله واليوم الآ خر فليكرم ضيفه من كا ن يؤمن با الله و اليوم الآ خر فليقل خيرا أو ليصمت
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah ia mengganggu tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia memuliakan tamunya, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya dia berkata baik atau diam ( Bukhari dan Muslim)
لا إ يما ن لمن لا أ ما نة له
“Tidak ada keimanan bagi orang yang tidak amanah” ( HR Ahmad 3 dengan sanad yang hasan)
Karena memang tidaklah seseorang menjaga lisannya kecuali karena keyakinanannya akan adanya malaikat Allah yang mencatat seluruh amalannya dan akan dihisab oleh Allah pada hari kiamat kelak. Demikian juga tidaklah seseorang memuliakan tamunya kecuali karena imannya yang kuat bahwa allah akan membalas kebaikannya. Demikian pula tidaklah seseorang menjaga amanah kecuali karena imannya yang kuat dan keyakinannya bahwa Allah akan meminta pertanggungjawabannya pada hari kiamat kelak.
Sebaliknya jika ada orang yang berbicara tidak terkontrol, tidak dia pikirkan dampak buruk ucapannya, bisa jadi akan menyebabkan banyak keburukan atau menyakiti hati orang lain, ini menunjukkan bahwa imannya kurang… meskipun ia menghapal matan hadits ini…ilmunya itu hanya sekedar hiasan bibir tanpa ada penerapan(icon15me – 2004)
Penjelasan diatas adalah pelajaran berharga terutama bagi yang senantiasa memperhatikan adab ketika  berbicara. Hendaknya kita senantiasa menanamkan taqwa kepada Allah dalam setiap aktivitas termasuk dalam berbicara. Kesantunan dalam berbicara bagi seorang adalah modal yang wajib dimiliki. Semoga Allah menganugerahkan kita kekuatan untuk mengendalikan lisan kita. Kita tidak menginginkan menjadi syaithon yang bisu ketika ada kekufuran…kesyirikan atau bahkan ada ketidak teraturan di lembaga dakwah kita..kita dituntut untuk berbicara…namun perhatikanlah adab dalam berbicara…tegas terhadap keburukan dan ketidakteraturan namun santun dan memperhatikan adab ketika berbicara… tentu saja hal ini memerlukan ijtihad kita dalam meraih kemuliaan akhlak..
MENJAGA LISAN AGAR SELALU BERBICARA BAIK
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah perkataan yang benar, Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia Telah mendapat kemenangan yang besar.” [Qs. al Ahzab : 70-71]
Dan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” [Qs. al Hujurat : 12]
Juga firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat Pengawas yang selalu hadir.” [Qs. Qaaf : 16-18]
Dan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala lagi:
“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, Maka Sesungguhnya mereka Telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” [Qs. al Ahzab : 58]
Dalam Shahih Muslim, hadits dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَتَدْرُوْنَ مَا الغِيْبَةُ ؟ قَالُوْا : الله وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ ، قَالَ: ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَايَكْرَهُ ، قِيْلَ: أَفَرَ أَيْتَ إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقٌوْلُ فَقَدْ اغْتَبْتَهُ ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيْهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ
“Apakah kalian tahu apa itu ghibah (menggunjing)?” Para sahabat menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Engkau menyebut perihal saudaramu sesuatu yang tidak disukainya.” Lalu beliau ditanya: “Bagaimana jika apa yang aku ceritakan tersebut terbukti ada padanya?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Jika terbukti apa yang engkau sebutkan ada padanya, maka sesungguhnya engkau telah mengghibahinya (menggunjingnya), dan jikalau tidak terdapat padanya maka sesungguhnya engkau telah berbuat kebohongan terhadapnya (memfitnahnya).”
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman:
وَلاَتَقْفُ مَالَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ، إِنَّ السَّمْعَ وَالبَصَرَ وَالفُؤَادَ كُلُّ أُوْلََئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُوْلاً
“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak memiliki ilmu tentangnya, sesungguhnya pendengaran dan penglihatan serta hati, masing-masing itu akan diminta pertanggung jawabannya.” [Qs. al Israa’ : 36]
Dan diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:
إِنَّ الله يَرْضَ لَكُمْ ثَلاَثاً وَيَكْرَهُ لَكُمْ ثَلاَثًا، يَرْضَ لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوْهُ وَلاَتُشْرِكُوْا بِهِ شَيْئًا، وَأَنْ تَعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَلاَ تَتَفَرَّقُوْا، وَيَكْرَهُ لَكُمْ قِيْلَ وَقَالَ، وَكَثْرَةَ السُّؤْالِ، وَإِضَاعَةَ الْمَالِ
“Sesungguhnya Allah meridhai bagi kalian tiga perkara dan membenci untuk kalian tiga perkara, ia meridhai bagi kalian bahwa kalian menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dan bahwa kalian berpegang teguh dengan tali (agama) Allah, dan jangan kalian berpecah-belah, dan ia membenci untuk kalian suka membicarakan orang lain, dan banyak bertanya, dan menyia-nyiakan harta.” [HR. Muslim, ]
Dan diriwayatkan juga tentang tiga perkara yang dibenci tersebut dalam shahih al Bukhari, hadits dan Imam Muslim.
Diriwayatkan Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيْبُهُ مِنَ الزِّنَا، مُدْرِكُ ذَلِكَ لاَمَحَالَةَ، فَالْعَيْنَانِ زِيْنَاهُمَا النَّظَرُ، وَالْأُذُنَانِ زِيْنَاهُمَا الاسْتِمَاعُ، وَاللِّسَانُ زِيْنَاهُ الْكَلاَمُ، وَاليَدُّ زِيْنَاهَا الْبَطْشُ، وَالرِّجْلُ زِيْنَاهَا الخُطَا، وَالقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى، وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ
“Telah ditentukan atas setiap anak Adam bagiannya dari zina, ia akan mendapati hal yang demikian tanpa bisa dielakkannya. Mata zinanya adalah melihat, telinga zinannya adalah mendengar, lidah zinannya adalah berucap, tangan zinanya adalah meraba, kaki zinanya adalah melangkah, dan hati yang berkehendak dan yang menginginkan. Dan yang membenarkan atau yang mendustakannya adalah kemaluan.” [HR. al Bukhari, hadits dan Muslim, hadits dan ini adalah lafazh Muslim]
Imam al Bukhari telah meriwayatkan dalam shahihnya, hadits dari ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiallahu ‘anhudari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اَلْمُسْلِمُ مِنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
“Orang muslim adalah orang yang selamat Muslim lainnya dari gangguan lisan dan tangannya.”
Dalam riwayat Imam Muslim hadits dengan lafazh:
إِنَّ رَجُلاً سَأَلَ رَسُوْلَ الله  s : أَيُّ الْمُسْلِمِيْنَ خَيْرٌ؟ قَالَ : مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
“Ada seorang lelaki yang bertanya kepada Rasulullahu Shallallahu ‘alaihi wa sallam : ‘Siapa orang muslim yang terbaik? ‘Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Orang yang selamat muslim lainnya dari gangguan lisan dan tangannya.”
Imam Muslim meriwayatkan pula dari Jabir , hadits dengan lafazh yang sama dengan hadits ‘Abdullah bin ‘Umar yang disebutkan oleh Imam al Bukhari.
Dari semua ini, dapatlah kita simpulkan bahwa lisan lebih bersifat umum bila dibandingkan dengan tangan, karena lisan bisa membicarakan kejadian yang sudah berlaku, sekarang, dan yang akan datang, berbeda dengan tangan, boleh jadi ia bisa ikut serta membantu lisan dalam hal yang demikian dengan tulisan, sehingga ia mempunyai andil yang cukup besar dalam hal tersebut.”
Senada dengan makna ini perkataan seorang penya’ir;
Aku tulis, sesungguhnya aku yakin pada hari penulisanku.
Bahwa tangan akan sirna sementara goresannya akan kekal.
Jika tulisan itu baik, maka akan dibalas dengan semisalnya.
Dan jika tulisan itu jelek, aku akan menanggung akibatnya.
Imam al Bukhari meriwayatkan dalam shahihnya hadits dari sahl bin Sa’ad dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda:
مَنْ يَضْمَنُ لِيْ مَابَيْنَ لِحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنُ لَهُ الْجَنَّةَ
“Barangsiapa yang mampu menjamin bagiku apa yang ada diantara dua jenggot dan dua kakinya, aku jamin untuknya surga.”
Yang dimaksud dengan “apa yang ada diantara dua jenggot dan dua kaki” adalah lidah dan kemaluan.
Imam al Bukhari meriwayatkan lagi dalam shahihnya hadits  dan Imam Muslim ,hadits dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْ مِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا اَوْلِيَصْمُتْ
‘Barangsiapa yang beriman dengan Allah dan hari akhirat hendaklah ia mengucapkan perkataan yang baik atau hendaklah ia diam.”
Imam an-Nawawi mensyarah hadits di atas sebagai berikut: Imam Asy-Syafi’i berkata: Makna hadits tersebut adalah apabila ia ingin berbicara maka hendaklah ia pikir terlebih dulu. Apabila ia melihat tidak akan membawa mudharat baru ia bicara. Dan apabila ia melihat bisa membawa mudharat atau ia ragu-ragu apakah membawa mudharat atau tidak, maka lebih baik ia diam.”
Bersambung Insya Allah
(icon15me - cold-streaks/2011)

Aku Merasa

Barisan bintang yang mulai menghilang 

Di kegelapan malam tanpa sang rembulan 

Aku hanya ditemani " Seindah Cahaya" pelita 

Tapi aku tak merasa sepi 

Karena kau ada di hati 

Aku tak merasa sendiri 

Karena aku merasa kau ada di sisi 

Malam yang berlanjut….. 

Malam yang larut…..

Bulan Di Air

Teman..
Pada suatu ketika kita beriringan berbual mesra
Berbicara soal impian dan harapan
Berlagu melodi riang dan ceria
Menangisi perit dan derita

Bersama, kita mengejar dan menggapai bintang di langit
 

Yang tidak pasti akan menjadi milik kita
Walaupun ia tidak tergapai
Kita masih memegang utuh tali impian
Agar tidak terlepas dari genggaman

Perjalanan kita masih jauh
 

Menjadi harapan keluarga, nusa dan bangsa
Pernah kita mencipta impian untuk menggapai kejora bersama
Melangkah ke arah kejayaan bersama
Menghadapi rintangan yang datang
Pernah juga kita berbicara soal cinta
Soal pasangan igauan
Bagaimana menempuh alam dewasa
Yang tenyata cukup berliku

Andai kita tersungkur layu
 

Masih diharap sokongan bersama
Agar kembali berdiri teguh

Kita umpama pohonan kayu
 

Bersaingan mencambah daun menghijau
Mengharap sinaran cahaya
Namun masih berkait lengan
Menuju ke puncak bersama

Kini impian yang dahulunya bagai bulan dan bintang
 

Kian terdampar di lelangit bumi
Tali yang digenggami kian longgar
Menunggu waktu dilepaskan
Pohonan kayu yang utuh kian rapuh
Tiada lagi bualan mesra, impian dan harapan, melodi ceria atau tangisan derita
Semuanya lenyap...bagai bulan di air..



To : FarIq

Rahasia Langit

embun yang bagai emas pagi
kali ini lebih bersahaja
berpidato singkat tentang cinta
kehormatan
ketulusan
bertemu hari ini
memulai
untuk meninggalkan.
dan menyibak rahasia langit
yang terlukis didinding temaran malam


saat senyum rembulan
disambut gugusan bintang
dengan lelucon palsu
beriringan kenirwana
bercumbu di balik awan


kecemas bintang akan datangnya pagi
yang akan merenggut fantasi malam
terkesima oleh sebuah janji keabadian
ikhlaskan mahkota titipan surga
kala rebah ditaman angan


fajar menyinsing di ufuk timur
lenyapkan senandung malam yang tadi syahdu
bintang pun masih termangu mencari arah
terhuyung disesal kedunguan


jalan kasih yang tadi berpagar rindu
berganti jalan kenangan berdinding luka
dengan kisah yang kerap meronta
distiap sisi kehidupan
yang setapak tertinggalkan


hanya pekat kabut yang jadi saksi
saat para pecundang cinta
bertutur dan menodai cinta
hilangkan makna embun
lambang kesucian di ujung malam

Reading Al-Qur'an