Kerna Janji Semesta
Kerna janji semesta
Dan agar langitku membuka
Kepunglah aku, Perempuanku!
Jika benar kau bakal ada
Muncul dari Alam
Lahir ketika sabda dibisikkan
Lirih di batinku
Yang hanya diam
Pengembaraan alangkah pajang!
Angan wajahu betapa kelam
Dan amat menghauskan
Sungguh kepunglah -
Meski harus kutempuh sehabis ini
Perjalanan demi perjalanan akhali
Petualangan tak kembali
Kerna yakin
Hausku sesudah ini akan lain.
Jika mungkin hendaklah
Tak kausindirkan ketemteraman
Atau kemerdekaan pada permukaannya yang sombong
Sebab bagiku soalnya -
Bagaimana tepat dan lebih dalam bersyukur
Kepada tangan yang kasih
Dan berusaha karib
Dengan daerah asalku
Yang dilambangkan rahim ibu.
Kepunglah, agar panas jiwaku, Perempuanku!
Agar berdenyut makna rindu
Dan agar menemukan gairah dalam terbelenggu
Bisakah kiranya kuharapkan godaan
Samar wajah-Mu
Dalam selintas pandang
ketika menjelma Engkau
Dari gelombang mimpi jauhku!
Kepunglah! Kepunglah!
Agar memberkas cahaya
Dari gulita nyawa dan kegelapan ruangku
Kegelapan, dan kegelapan
Berbeda -
Kegelapan karena buta mata yang putus asa
Sungguh tiada kuinginkan
Sebab tak bisa kukobarkan
Semangat untuk menemukan kemungkinan
Memahami lintas bayan-bayang
Jadi kepunglah!
Hingga menetes perih
Darah dari luka di dalam
Luka yang membahagiakan
Kemudian menggelepar aku dalam alpa
Dan tak bisa lagi bertanya
Jijik pada masa silamku
Pada pertanyaan-pertanyaan dungu, Perempuanku!
Aku bakal mati
Dengan merobek mukaku
Jika tak datang engkau
: memabukkanku!
Dr. Emha Ainun Nadjib
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar