tinggal jangkrik yang menerjemahkan kesunyian,,
karena angin telah lama pergi meninggalkan desah kampungku yang gelisah,,
di hatiku yang tak lagi berkisah,,
terbanglah sudah bunga kerinduan kepohon yang lain,,
lalu kelopaknya memberi teduh,,
seteduh pandang matamu,,
menjelma derai di mataku,,
tak usah diseka!
segulung tisu waktu takkan cukup untuk menghapus rintiknya yang jatuh di lautan rindu,,
karena itu...
jadikan saja pelampiasan rasa,,
tempat ombak mengoyak,,
gelombang menerjang,,
lalu, tinggalkan!
kampung tak satu, kapal masih seribu,,
( tapi, di dermaga yang mana kasih merapatkan temu? sedang layar sayang terasing di pulau orang? )
terbanglah sudah bunga rindu,,
ada sekuntum,,
jatuh ke dadaku,,
mengakhiri pilu,,
( kudiamkan diam-diam ingin, kudalamkan dalam-dalam hendak, inginku sekedar lagu, hendak setakat sajak, yang mencambuk jejak pijak. )
ladang puisiku hangus terbakar, ada satu benih huruf, kusemai di sepetak harap, pun tak tumbuh di ucap yang gagap,,
demikianlah.. rinduku menggigil sendu,,
dan setiap titik embun,,
ku harap engkau datang menampung kerisauan yang terus menetes membasahi kepedihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar