Jika Kaucium
maka jika kaucium punggung jari tanganku, kakukira aku akan
berbusung dada bagai sesat hati si raja dungu yang lupa siapa
berdiri di belakang tabir putih nurani rakyatnya?
siapa, kautahu. Siapa?
atau kausangka aku segera berpikir hal cengeng menang kalah perang?
dan meledakkan gemerincing belenggu serta lagu pahit seorang budak belian?
ataukah terhalang kekhusyukanmu oleh kesombongan dungu tentang harga
topeng manis dari rasa malu yang diam-diam, serta tentang kemerdekaan?
kemerdekaan! betapa perkasa nyanyi kemerdekaan!
o, mimpi kisruh kemanusiaan! - ingatlah bahwa kita tak bisa
lepas terbang seperti burung-burung
sambil memiliki bening dan mutlaknya cinta, tanpa diganggu
akal yang sok dan liku nasib yang licik
dan apa sih harga? kebanggaan-kebanggaan tercecer di pinggir jalan?
pembelaan setiap kali kepergok dan kedodoran atau pisau yang keliru ditikamkan?
sungguh tak pantas mukanya nongol dalam tuntas keringat
kita dan jangan sekali-kali menghambat gemuruh darah yang tegang bersenyawa
Perempuanku! - itu isyarat Tuhan
penderitaan adalah perlambang
di sisi seribu kebetulan dan hal-hal remeh yang mengisyaratkan
kukira sang penjaga di ubun
di kaki
di punggung
di pundak
di kedua tangan
dan segenap ruang, menyeretku
begitu saja, sambil memberiku rasa sakit
yang sama denganmu!
kemudian tumbuh semacam dahaga
kekeringan di tenggorokan jiwaku
yang hanya basah oleh liurmu
dan apa artinya merdeka? jika ia tak bebas
mencari wujudnya!
Dr. Emha Ainun Nadjib
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar